cemilan-ustadz

CEMILAN USTADZ: NEW NORMAL (NN) DALAM IBADAH, PENDIDIKAN ANAK DAN EKONOMI

May 31, 2020 by admin

#cemilanustadz ringkas, padat, bonus solusi
cemilan-ustadz
  1. NN sepengetahuan saya adalah kembalinya aktivitas umum seperti di pasar, kantor, sekolah, tempat ibadah, gedung pemerintah, dll, dengan pembatasan sesuai standar kesehatan baru, yang tidak pernah ada sebelum pandemi.
  1. NN dari sudut pandang ekonomi mungkin tidak sejalan dengan sudut pandang kesehatan. Muncul kalimat “jangan terserah tapi tawakkal”, “badainya sama, kapal kita yang beda” dan kalimat senada. Dari sisi ibadah dan pendidikan NN masih bisa dikompromikan, tergantung paradigma pihak yang menjalankannya.
  1. NN dari sudut pandang saya sebagai guru agama, mau tidak mau dijalankan tapi dengan catatan. Sungguh tidak mungkin rakyat hidup di rumah saja tanpa penghidupan yang jelas dan bergantung pada wabah yang tidak pasti kapan berakhir. NN maksudnya agar masyarakat bisa beraktivitas dengan produktif untuk menghindari dampak buruk pembatasan aktivitas total, seperti:

a. Negara kehilangan pendapatan untuk mengurus diri dan rakyatnya

b. Orang mati kelaparan

c. PHK massal

d. Merebaknya tindakan kriminal demi mengisi perut

e. Emosi yang tidak terkendali sehingga timbul pertengkaran, kekerasan hingga pembunuhan oleh orang dalam rumah sendiri

f. Kekacauan masyarakat

g. Yang lebih besar dari sekedar urusan raga, adalah ketenangan jiwa, ketergantungan hamba Allah kepada Rabb, satu-satunya yang bisa mengangkat bala dan bencana termasuk wabah dari hidup mereka, sehingga masjid mulai harus dimakmurkan meski ada keterbatasan

  1. Rakyat tidak mungkin terus mengharapkan bantuan sosial pemerintah, zakat kaum muslimin, dan uluran tangan donatur untuk menghidupi mereka. Mereka harus kembali beraktivitas meski dalam ruang lingkup terbatas.
  1. Harus dicatat bahwa NN tidak bermakna bebas berkumpul dan berinteraksi seperti dulu, tidak! Anak kecil dan pemuda-pemudi harus diberitahu soal ini. Hanya saja, mereka pun mencontoh perilaku orang dewasa. Sehingga orang dewasa harus paham dan menerapkannya.
  1. NN tidak akan berhasil tanpa kerjasama semua elemen masyarakat. Harus synchronized antar ustadz dan imam di masjid, antar guru di sekolah, antara walikota dan wakilnya, gubernur dengan wakilnya, menteri dengan wakilnya, presiden dengan wakilnya. Pemerintah harus tegas dalam aturannya, tidak ambigu dan tidak boleh beda kebijakan atau bahkan saling bertabrakan satu sama lain.
  1. Sinkronisasi yang saya sebut dalam poin di atas mungkin akan sulit terjadi karena perbedaan sudut pandang. Maka minimal, perbedaan tersebut jangan dilempar mentah-mentah ke hadapan masyarakat seperti via media massa dan media sosial yang potensi membuat bingung. Ustadz satu dan ustadz lain jangan saling berbantahan di medsos soal fiqih NN, membingungkan pengikut. Guru satu dan guru lain jangan saling beda pendapat di hadapan murid, menimbulkan pertengkaran. Pemerintah satu dan pemerintah lain jangan saling menganulir kebijakan. Jika pun harus ada perbedaan, diskusikan secara internal, jangan sembarang mengeluarkan statement yang saling bertabrakan.
  1. Opini melalui tulisan, audio, video, pasti akan banyak dilahirkan oleh banyak pihak, terutama oleh yang punya kepentingan. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita akan memilih mana yang lebih maslahat untuk dunia dan akhirat kita. Maka kami sebagai guru agama mengarahkan agar masyarakat menyaring setiap berita dan pendapat yang mereka dapat, misalnya dengan cara:

a. Melihat kapasitas orang yang menulis, bicara, berpendapat

b. Men-skip (tidak membaca, tidak menonton, tidak mendengarkan) tulisan di grup WA yang tidak ada nama penulisnya, video yang tidak jelas channelnya, pengisinya, naratornya, dan semua yang tidak jelas sumbernya.

Maaf kalau agak sarkastik. Jangan biarkan otak dan hati Anda sebagai tong sampah. Tong sampah itu menampung semua, barang baik dan buruk, makanan enak dan busuk.

  1. Bukan hanya tidak menjadi tong sampah. Jangan biarkan diri Anda menjadi pendusta. Siapa itu pendusta? Salah satunya adalah tukang share yang tidak menyaring yang dia sharing.

“Cukuplah seseorang dikatakan pendusta jika dia menyebarkan apapun yang didengarnya.” (HR. Muslim)

  1. NN dari sisi ibadah, tidak jauh dari 2 (dua) hal:

a. Fatwa para ulama atau pendapat asatidzah yang mumpuni di daerahnya

Maksudnya, dalam perkara-perkara agama kontemporer seperti ibadah dalam era NN, hendaknya kaum muslimin mengikuti pendapat ulama yang jelas keilmuannya seperti Haiah Kibaril Ulama (Dewan Ulama Senior) di KSA, Lajnah Daimah lil Ifta’ (Komite Fatwa) di KSA, atau setidaknya asatidzah yang mumpuni dalam menyarikan fatwa ulama menjadi arahan keagamaan.

Hendaknya dicatat juga, berbeda daerah bisa jadi melahirkan pendapat yang berbeda. Yang ada di Jakarta bisa mencari arahan dari asatidzah mumpuni di Jakarta, yang di Bandung bertanya ke ustadz Bandung dan seterusnya. Bagi saya, tidak perlu menyebarkan pendapat seorang ustadz untuk kasus khusus di daerah khusus ke tempat-tempat umum seperti Facebook, Instagram, dll yang potensi membingungkan. Silakan praktekkan di tempat sendiri.

Jika yang dimaksud adalah diskusi ilmiah, harus diingat diskusi masalah yang menyangkut orang banyak itu adalah di antara orang yang punya keilmuan, dalam forum terbatas, bukan di tempat umum yang semua orang bisa berkomentar.

b. Arahan dan aturan pemerintah (yang mengatur kemaslahatan orang banyak)

Hendaknya masyarakat mengikuti arahan pemerintah di tempatnya. Jangan membuat arahan-arahan sendiri yang menyebabkan chaos. Para pemuka agama Islam juga hendaknya memperhatikan arahan pemerintah setempat agar bisa mengarahkan masyarakat ke arah yang sama, sebagaimana mereka mengarahkan umat kepada apa yang maslahat di pandang dari sudut yang banyak, bukan hanya kepentingan diri pribadi atau partai/ormas.

Yakinlah mengikuti arahan pemerintah jika Anda niatkan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya akan berbuah pahala besar untuk Anda dan kemaslahatan bagi orang lain juga.

  1. NN dari sisi pendidikan, saya tulis dalam sedikit poin ringkas:

a. Jika sekolah kembali dibuka, jangan sampai itu hanya demi para guru yang bingung tidak punya pendapatan yang selama ini didapat dari SPP.

b. Jika sekolah kembali dibuka, jangan sampai itu karena orangtua yang sudah merasa capek mengajari anak di rumah.

c. Sesungguhnya banyak dari orang besar di dunia ini yang tumbuh dari ajaran yang hanya di rumah. Lihat para sahabat Nabi, tabi’in, tabi’ut tabi’in, apakah mereka bersekolah formal?

d. Saya tidak mengatakan sekolah itu tidak penting karena sekolah memudahkan pengajaran, bisa membantu menjawab tuntutan zaman. Hanya saja perlu diingat lagi bahwa yang wajib adalah mendidik anak, bukan menyekolahkannya.

e. Pesan besar untuk para orangtua, pecahnya kepala Anda saat mengajari anak di rumah, bukan karena anak yang susah diatur, tapi karena orangtua yang tidak tahu konsep, tidak tahu cara, tidak bisa membuat program dan kurang baca buku pendidikan anak. Banyak orangtua tahu bikin anak, tak tahu cara mendidiknya.

f. Ada banyak yang bisa diutarakan, hanya saja jika terlalu panjang takutnya malah tidak terbaca. Tahu kan, netizen +62 banyak yang malas baca tapi hobi komentar. Semoga Allah mudahkan kami membuat kajiannya via online.

  1. NN dari sisi ekonomi, saya tulis dalam sedikit poin ringkas:

a. Yang survive dalam ekonomi dalam semua hambatannya adalah yang paling mudah beradaptasi, di luar soal dari takdir Allah yang Maha Memberi rezeki. Karena itu perlu membaca bisnis apa yang akan survive dan apa yang diprediksi akan lambat laun mati.

b. Seseorang harus punya kreativitas untuk berwirausaha, antisipasi jika dia kehilangan pekerjaan. Aneh ada orang terjepit masalah ekonomi lalu menghabiskan waktu dan kuota untuk menonton YouTube, Instagram dan TikTok yang tidak bermanfaat (bahkan berdosa).

c. Jika Anda kembali ke pekerjaan semula, bersyukurlah kepada Allah ada jalan rezeki. Ingat, ikuti aturan kesehatan yang ditetapkan pemerintah selama di area kantor.

d. Jika Anda benar-benar tidak lagi bekerja dan harus berwirausaha, mungkin Anda bingung mau bisnis apa. Selain itu, jika bisnis sudah dimulai Anda mungkin harus putar otak untuk mengembangkan dan mempertahankannya. Kami buatkan panduannya dalam rangkaian video.

e. Rangkaian video kami mencakup ide bisnis, seperti video:

  1. “Bingung Mau Bisnis Apa? Ini Petunjuk Memilihnya”
  2. “Begini Cara Mulai dan Sukses Bisnis Laundry”
  3. “Waralaba (Franchise) Dalam Islam”
  4. “Inilah Kunci Sukses Bisnis Kuliner”
  5. “Trik Menentukan Harga Barang Dagangan”

Dan masih banyak video lainnya, dari baju hingga kue kering

f. Jika Anda tidak punya modal, kami punya video lainnya seperti:

    1. “Mudharabah Saja, Jangan Hutang Bank”
    2. “Murabahah”

    Anda bisa kulik di https://www.facebook.com/muflihsafitracom, ada video berjudul “Punya Modal Usaha, Rumah dan Kendaraan Tanpa Riba”

g. Jika bisnis Anda nanti sudah jalan, ingat pesan kami dalam video:

  1. “Jangan Lakukan Ini Dalam Bisnis”
  2. “Itulah Kenapa Pelanggan Anda Lari”
  3. “10 Aturan Bisnis Sukses”

h. Jangan lupakan Allah dalam perdagangan Anda. Semakin Anda mengikuti aturan-Nya, semakin dibuka rezeki-Nya. Kami siapkan juga videonya:

  1. “Akhlak Pengusaha Muslim”
  2. “Zakat Perdagangan”

i. Semua video tersebut ada dalam playlist ini:

https://www.youtube.com/muflihsafitra/playlist

Jika ada yang Anda cari tapi tidak Anda temukan, ketik keywordnya di channel kami https://www.youtube.com/muflihsafitra

j. Ada banyak solusi yang bisa diutarakan, hanya saja jika terlalu panjang takutnya malah tidak terbaca. Tahu kan, netizen +62 banyak yang malas baca tapi hobi komentar. Semoga Allah mudahkan kami membuat kajiannya via online.

k. Yang modal usahanya hutang dari riba bank, mungkin baru merasakan jahatnya riba di masa Anda sulit. Mereka yang berslogan mitra ternyata sesuai julukan: Lintah darat. Saat Anda senang ikut kenyang, saat Anda susah semakin menghisap darah. Semoga bisa mengambil pelajaran.

  1. Bonus pengetahuan seputar ibadah di masjid:

a. Shaf berjarak saat shalat berjama’ah tidak mengapa karena udzur.

b. Shalat menggunakan masker dan sarung tangan jika dibutuhkan tidak mengapa karena udzur.

c. Tidak ke masjid karena sakit, terutama karena potensi menularkan jelas boleh bahkan dituntut secara syar’i.

d. Tidak ke masjid karena mengkhawatirkan diri akan tertular penyakit, menimbang perilaku masyarakat sekitar yang kurang aware terhadap kesehatan adalah hal yang diperselisihkan dan hendaknya tidak saling memaksakan kehendak.

e. Adapun ke masjid karena mempertimbangkan status daerah zona hijau, perilaku masyarakat yang tertib dan menjaga kesehatan, tetap memperhatikan aturan penjagaan kesehatan yang diarahkan pemerintah in syaa Allah tidak ada yang mengingkari bolehnya.

f. Tentang pilihan yang mana yang mau diterapkan untuk orang awam, hendaknya diambil dengan menimbang maslahat mudharat dan berkonsultasi kepada asatidzah di daerahnya yang berilmu dan luas pandangannya.

g. Jika masjid di dekat rumah belum dibuka oleh pengurus karena suatu pertimbangan, hendaknya masyarakat yang ingin ke masjid tidak memaksakan kehendaknya. Untuk sementara bisa mencari masjid yang lain, sembari menyampaikan pendapat dengan cara yang santun.

h. Jika diputuskan masjid dibuka, maka hendaknya pelaksanaan ibadah dilakukan secara bertahap dengan evaluasi. Misalnya ditegakkan shalat 5 (lima) waktu, lalu Jum’atan dan kajian ditiadakan. Setelah itu mengadakan kajian kecil (dengan membatasi hadirin) dan seterusnya sembari melihat arahan-arahan pemerintah.

i. Pengurus masjid hendaknya memberikan arahan yang jelas (terpampang) dan tersebar melalui grup-grup WA/TG/FB:

  1. Cuci tangan sebelum dan sesudah ke masjid
  2. Orang yang lanjut usia atau sedang sakit shalat di rumah
  3. Membaca Al-Qur’an via HP atau mushaf pribadi
  4. Membawa sajadah sendiri saat datang dan pulang
  5. Memberi jarak antar jama’ah 1-2 meter
  6. Tidak membawa anak kecil
  7. Pakai masker kain
  8. Wudhu di rumah
  9. Menghindari jabat tangan
  10. Tidak berdesak-desakan ketika masuk atau keluar masjid.

Lihat protokol kesehatan seputar ibadah di masjid yang diterapkan di masjid-masjid Saudi Arabia.

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x